JEPANG maju dalam hal teknologi, kita semua tahu. Olah karya tangan-tangan kreatif dari Negeri Sakura berupa barang-barang elektronik, mesin, mobil, sepeda motor, alat-alat rumah tangga telah menguasai pasar dunia. Jepang, negeri yang acap digoyang gempa itu, sejak dulu sepertinya memang diciptakan untuk terus mencipta.
Keluar dari Bandara Narita menuju Tokyo, di kiri kanan jalan terlihat dinding memanjang setinggi kurang lebih enam meter. Dinding beton keabu-abuan bermotif garis-garis itu membuat siapa saja yang melintas di sepanjang jalan menuju Tokyo tidak bisa melihat perumahan penduduk yang ada di samping jalan.
Ternyata, dinding itu adalah buah protes para penduduk yang kampungnya dilintasi jalan tol dari Tokyo ke Bandara Narita. Warga sepanjang jalan itu memprotes pemerintah karena lalu lintas mobil di jalan tol membuat tidur tidak bisa nyenyak. Suara bising membuat penduduk merasa hidupnya tidak nyaman dan terganggu.
Jalan keluarnya, diciptakanlah dinding peredam bising sepanjang kurang lebih 180 kilometer. Dinding abu-abu itu ternyata mampu meredam hingga 80 persen kebisingan yang disebabkan laju mobil dan suara knalpot berbagai kendaraan yang lewat. Protes penduduk teredam karena mereka yang tinggal di sebelah kanan-kiri jalan tol bisa kembali tidur dengan nyenyak. Sekarang, hampir semua jalur tol di Jepang yang melintasi kawasan perumahan penduduk dilengkapi dengan peredam suara serupa.
Bukan hanya jalan menuju bandara yang diprotes. Kebisingan Bandara Narita pun diprotes. Bandara internasional itu pun harus mengalah. Setiap hari, pukul 23.00 sudah harus tutup. Agak dramatis, memang. Di Jepang, yang bisnis adalah segala-galanya, ternyata masih bisa mengalah kepada warga yang ingin pulas mendengkur.
Tapi, protes demi protes itu tidak menghentikan daya kreasi Jepang. Di Tokyo, sekarang sedang dibangun jalur kereta cepat bawah tanah yang ke-13. Jalur yang paling bawah terdiri atas empat tingkat, kira-kira berada di kedalaman 70 meter di bawah permukaan tanah. Kereta-kereta itu tak ubahnya cacing-cacing raksasa di bawah metropolitan Tokyo yang mengangkut para penumpang ke berbagai penjuru dengan kecepatan tinggi. Sinkanzen, kereta berkecepatan tinggi itu, beroperasi sejak 1927.
Sebagai jantung Negeri Sakura, Tokyo tidak hanya modern dan canggih, tapi juga modis sejak 400 tahun yang lalu! Di Ginza, kawasan perbelanjaan yang paling banyak dikunjungi wisatawan, bahkan telah berdiri sebuah mal perbelanjaan yang didirikan pada tahun 1611. Ingat, Perang Diponegoro pun baru akan dimulai 200 tahun kemudian, yakni 1825. Mal itu masih kukuh berdiri hingga sekarang meski, tentu, telah mengalami renovasi berkali-kali. Sebagai tanda bangga, di kain kanopi pintu masuk ditulis besar-besar since 1611. Nama mal itu Matsuyakaya. Guide yang biasa mengantar para pelancong dari Indonesia sering menyebut Matsuyakaya sebagai singkatan dari: yang bisa masuk ya yang kaya. Matsuyakaya adalah ikon Ginza, pusat shopping yang terkenal itu. Mal delapan lantai itu bahkan sangat "dituakan" dan dihormati. Itulah kenapa, di main street Ginza hingga sekarang tidak ada mal yang dibangun melebihi ketinggian Matsuyakaya. Gedung perkantoran, hotel, dan lainnya boleh tinggi menggapai langit. Tapi, mal cukup delapan lantai.
Meski tua, mal itu tetap gesit dalam membidik pasar. Musim dingin di Jepang akan mencapai puncaknya kira-kira tiga minggu lagi. Outlet-outlet di Matsuyakaya umumnya menyambut dengan memajang rancangan pakaian berbahan tebal dan hangat. Sisa-sisa pakaian kemarin kini diobral di lantai paling atas, yaitu lantai delapan. Dengan cara itu, diharapkan para pengunjung yang hendak membeli pakaian yang didiskon melewati semua lantai di bawahnya.
Ginza adalah kawasan supermahal. Hanya butik-butik pakaian ternama yang boleh memajang dagangannya di sepanjang jalan utama. Pemerintah setempat menerapkan persyaratan ketat terhadap para produsen pakaian yang hendak menyewa tempat itu untuk memajang dan menjual karyanya. Misalnya, boleh membuka outlet di Ginza asal juga membuka cabangnya di Paris, London, dan New York. Aturan itu diterapkan agar kelas butik-butik di kawasan tersebut tidak merosot dan citra Ginza sebagai kawasan belanja kelas dunia terus terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar